Minggu, 13 Januari 2013

makalah anak yatim



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Saudaraku Muslim ! Alangkah banyaknya duka dan derita yang mengisi kehidupan ini. Ia memang tidak belas kasihan kepada siapapun. Dan tidak ada seorang pun yang bisa meneguk air yang benar-benar jernih dari gelas kehidupan ini. Dalam kehidupan ini, manusia beralih dari keadaan-keadaan bahagia kepada keadaan-keadaan menderita. Tidak ada bedanya, yang masih kecil maupun yang sudah dewasa. Penjara-penjara kehidupan dan beban-beban beratnya berbeda-beda tingkatan. Ada yang kecil dan berlangsung beberapa saat saja, ada pula yang besar, dan berlangsung dalam masa yang panjang.
Saudaraku Muslim ! Ini adalah gambaran dari sebagian derita kehidupan itu, yang dialami oleh sebagian orang diantara kita, yang kepahitannya mereka rasakan dalam masa yang panjang ! Kepahitan yang dirasakan oleh orang-orang papa dan lemah itu, yang lebih dulu merasakan pahitnya kehidupan sebelum manisnya. Tahukah anda, siapa orang-orang papa itu ? Mereka adalah anak-anak yatim! Mereka adalah anak-anak, yang kehilangan sosok yang mencarikan nafkah bagi mereka sebelum mengerti apa itu nafkah, apa itu pekerjaan. Bahkan mereka adalah anak-anak yang kehilangan sosok yang membimbing mereka, sebelum mengenal apa-apa. Merekalah anak yatim ! Anak yang dikejutkan oleh kematian ayahnya, sebelum merasakan manisnya kasih sayang ayah, sebelum mereka merasakan perlindungan tangan yang perkasa itu ! Saudaraku ! Anda sudah tahu, siapakah anak yatim itu ?! Wahai anda yang memiliki hati yang penyayang ! Tahukah Anda, apa kewajiban kita terhadapnya ?

B.     Rumusan masalah
-          kita sebagai umat manusia harus menycintai anak yatim
-          anak yatim harus kita santuni

C.     Tujuan penulisan
tujuannya adalah untuk mengetahui anak yatim dan bagaimana cara menyantuni anak yatim

BAB II
PEMBAHASAN

Anak yatim adalah anak yang belum dewasa dan tidak mempunyai bapak lagi karena telah meninggal dunia (man mata abuhu wa huwa shaghir). Batasan umur yatim adalah sampai baligh, sesuai dengan sabda Rasulullah SAW: “ Tidak ada keyatiman lagi setelah mimpi (H.R. Abu Daud). Kedewasaan seorang anak, di samping diukur dengan kemampuannya secara fisik untuk kawin (biasanya ditandai dengan bermimpi dengan mengeluarkan air mani bagi anak laki-laki dan datangnya haid yang pertama kali bagi wanita) juga diukur dengan faktor kecerdasan, seperti dinyatakan oleh Allah SWT dalam Q.S. An-Nisa 4: 6

yang artinya kurang lebih demikian:
Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. Kemudian jika menurut pendapat mereka telah cerdas maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya”
Dari ayat tersebut dapat dikatakan bahwa faktor kecerdasan sangat penting dipertimbangkan supaya anak yatim sebelum dilepas untuk hidup secara mandiri terlebih dahulu hendaklah diyakini bahwa perkembangan fisiknya telah seimbang dan sebanding dengan perkembangan kecerdasannya.





A.    Kedudukan Anak Yatim dalam Islam
Anak yatim mempunyai tempat istimewa dalam Islam. Tidak kurang dua puluh tiga kali Al-Qur’an menyebutnya dalam berbagai konteks ( 8 kali dalam bentuk mufrad, 1 kali mustsanna dan 14 kali daam bentuk jama’). Ayat-ayat tersebut memerintahkan kepada kaum Muslimin secara kolektif, dan kepada karib kerabat secara khusus, untuk menyantuni, membela dan melindungi anak yatim, serta melarang dan mencela orang-orang yang menyia-nyiakan, bersikap kasar atau menzalimi mereka. Bahkan Allah SWT menyatakan orang-orang yang menyia-nyiakan anak yatim adalah pendusta agama, hal ini diungkapkan dalam Al-Qur’an yang artinya :“Tahukah kamu orang yang mendustakan agama”, Itulah orang yang menghardik anak yatim” (Q.S. Al-Ma’un 107:1-2).
Secara umum dapat dikatakan bahwa anak yatim dalam Islam berada pada posisi istimewa dan terhormat. Hal itu, disebabkan karena pada diri anak yatim terdapat beberapa kelemahan dan kekurangan yang memerlukan pihak lain untuk membantu dan memeliharanya. Di samping itu, melalui keadaan yatim yang demikian, ajaran Islam menentukan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh umatnya terhadap anak yatim yang menjadi tolak ukur dari manifestasi imannya kepada Allah SWT.
Anak yatim harus disantuni, dikasihi, dihormati, dan diakui eksistensinya secara khusus. Tidak boleh diperlakukan sewenang-wenang, baik terhadap diri maupun hartanya. Tidak boleh disia-siakan karena pada diri anak yatim terdapat nilai tambah yang menyebabkan hubungan sosial antara dia dengan manusia lainnya terikat tidak disebabkan oleh hubungan keturunan tetapi disambung dan dijalin dengan aspek aqidah yang telah digariskan oleh Al-Qur’an.

B.     Menyantuni Anak Yatim Yang Miskin
Yang pertama jadi perhatian Al-Qur’an adalah anak-anak yatim yang miskin. Mereka sangat memerlukan uluran tangan kaum Muslimin umumnya, dan karib kerabat khususnya untuk membiayai kehidupan mereka, terutama untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Untuk itu Allah SWT memerintahkan kepada kita untuk berbuat ihsan kepada mereka. Allah berfirman yang artinya: ”Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim. Orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga banggakan diri (Q.S. An-Nisa’ 4:16).
Anak-anak yatim yang miskin inilah yang paling rentang mendapatkan perlakuan yang tidak ramah dan sewenang-wenang dari masyarakat. Oleh Allah menyatakan. “Adapun terhadap anak yatim maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang” (Q.S.Adh-Dhuha 93:9).

C.    Bentuk-bentuk Penyantunan Anak Yatim
Paling kurang ada tiga bentuk penyantunan terhadap anak yatim:
1.      memberikannya tetap di bawah asuhan ibunya dengan memberikan bantuan biaya hidup dan pendidikan secukupnya. Dengan tetap berada dekat ibunya, anak yatim tetap mendapatkan kasih sayang orang tua yang sangat dia perlukan sesuai dengan perkembangan jiwanya. Cara ini hanya dapat dilakukan apabila sang ibu dinilai sanggup mendidik dan lingkungan rumah tangganya kondusif untuk itu. Kalau tidak, dapat dipilih alternative.
2.      anak yatim diasuh dan didik di rumah keluarga yang menyantuninya. Inipun dengan catatan bila keluarga pengasuhnya mampu dan lingkungan rumah tangga kondusif untuk menambah anggota baru. Bila tidak, bisa dipilih alternative.
3.      anak yatim diasuh dipanti asuhan yang dikelola oleh sebuah lembaga atau yayasan.
Supaya penyantunan anak yatim lewat panti asuhan dapat berhasil maka para pengelola hendaknya dapat memperhatikan dengan baik aspek-aspek manajemen, pelayanan kesehatan, pendidikan dan kepemimpinan. Sehingga apabila suatu panti asuhan dikelola dengan baik dan terpadu tentu akan dapat meghasilkan anak-anak yatim yang berkualitas dan diridhai oleh Allah SWT.
Khusus untuk menghadapi Ramadhan dan ‘Idul Fithri, kepada kaum Muslimin diserukan untuk tidak lupa menyumbangkan sebagian hartanya untuk anak-anak yatim sehingga mereka juga dapat bergembira merayakan Hari Raya sebagaimana anak-anak yang masih mempunyai kedua orang tua.


GAMBAR-GAMBAR ANAK YATIM












 













 





BAB III
PENUTUP

            Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi  memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.



KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena atas berkat dan limpahan rahmatnyalah maka saya boleh menyelesaikan sebuah karya tulis dengan tepat waktu.
Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul "Anak Yatim", yang menurut saya dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajarinya
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca.
Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.


Menes, 08 Desember 2012
Penyusun


i
 

 
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A.    Latar belakang ..................................................................................... 1
B.     Rumusan masalah ................................................................................ 1
C.     Tujuan penulisan .................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 2      
A.     Kedudukan Anak Yatim dalam Islam................................................. 3
B.     Menyantuni Anak Yatim Yang Miskin................................................ 3
C.    Bentuk-bentuk Penyantunan Anak Yatim........................................... 4
Gambar Anak Yatim............................................................................ 5
BAB III PENUTUP....................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA


ii
 

 
MAKALAH
ANAK YATIM

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran
“ Al-Quran Hadist”









Disusun Oleh :
Kelompok 3
& IIS HALIMATUSSA’DIAH
& ELIS SUSANTI
& ANISA CAHYANI
& CUCU SILFIA
& HERAWATI
& NINING FAUJIAH
Kelas VIII-D


MADRASAH TSANAWIYAH MALNU PUSAT MENES
TAHUN AJARAN
2012/2013



 
 
DAFTAR PUSTAKA

Mutadin, Z. 2002.  Kemandirian Sebagai Psikologi Pada Remaja.http//www.e-
psikologi.com (17 Januari 2010).
Narwoko. Dwi J. Suyanto. Bagong. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan.
Jakarta:  Prenada Media.
Ritzer, George. 2004.  Sosiologi ilmu pengetahuan berparadigma ganda.
Terjemahan Alimandan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 
Santrock, JW. 2003. Adolesence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.
Soekanto, Soerjono. 2004. Sosiologi keluarga: Tentang Ikhwal Keluarga, Remaja
dan Anak. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Shochib, Moh. 2000.  Pola Asuh Orang Tua Dalam Membantu Anak

 
Mengembangkan Disiplin Diri . Jakarta: Rineka Cipta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar