Minggu, 15 Februari 2015

makalah pendidikan karakter



BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar belakang
Semakin berkembangnya teknologi, setiap negara dituntut untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan agar dapat bersaing dengan negara lain. Selain dari segi kualitas pendidikannya, negara juga dituntut menciptakan para generasi muda yang berkarakter. Oleh karena itu penting untuk diadakan pendidikan karakter, yaitu metode pendidikan yang juga mengajari berperilaku. Dewasa ini, Indonesia semakin banyak menghasilkan manusia yang tidak berkarakter, terbukti dengan banyaknya bermunculan para koruptor. Kasus korupsi yang terjadi di Indonesia tidak dapat disangkal merupakan hasil dari proses pendidikan yang ada. Pendidikan karakter hendaknya terfokus pada pengembangan karakter tiap individu baik dalam segi pengetahuan maupun pengembangan keterampilan dan sikap individu agar nantinya terbentuk sumber daya manusia yang memiliki karakter. Pendidikan karakter atau berkarakter? Pertama kita harus meluruskan terlebih dahulu pengertian dari pendidikan karakter dan pendidikan berkarakter yang menjadi tema penulisan ini. Menurut hemat saya, kedua jenis pendidikan memiliki arti, sasaran serta output yang sangat berbeda. Disini saya akan membahas kedua pengertian tersebut dan membedakan hasilnya.

B.   Rumusan masalah
Untuk berkembangnya teknologi, setiap negara dituntut untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan agar dapat bersaing dengan negara lain?

C.   Tujuan
Tujuannya adalah untuk menghasilkan yang lebih berkarakter



BAB II
PEMBAHASAN
A.   Pendidikan karakter
Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang membagi fokusnya terhadap dua hal, yaitu ilmu pengetahuan dan pengembangan karakter individu yang dalam hal ini lebih ditekankan kepada sikap, perilaku dan cara berpikir individu. Pendidikan karakter sangat penting perannya dalam membatasi langkah dan perilaku individu agar tidak melanggar norma dan hal-hal lain yang bertentangan dengan budaya masyarakat timur. Pendidikan karakter sangat baik jika diterapkan sejak dini dengan sasaran anak-anak agar terbentuk pribadi yang memiliki pandangan dan ideologi sendiri. Namun coba kita lihat sekeliling kita, anak-anak sudah dijejali aneka macam permainan berteknologi tinggi. Apa karakter yang bisa diciptakan dari permainan tersebut? Hal yang sangat mungkin terjadi adalah bahwa anak akan ketagihan, sehingga mengganggu waktu belajar dan akan berpengaruh terhadap aspek ilmu yang diperoleh dan pada akhirnya akan berdampak pada terciptanya individu yang tidak berkualitas dan tidak siap bersaing. Setujukah Anda jika saya berkata “permainan tradisional sudah mulai punah, padahal permainan tersebut merupakan karakter asli anak-anak Indonesia”. Begitu banyak permainan tradisional yang membutuhkan keaktifan dan kreativitas anak. Apakah yang seperti ini bukan bagian dari pendidikan? Apakah pendidikan hanya melulu berbasis kurikulum yang diajarkan di sekolah? Agaknya pemikiran Anda perlu diperluas lagi. Pendidikan karakter tidak hanya harus diberikan di lingkungan sekolah, namun keluarga juga sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter anak. Selain keluarga, lokasi bermain pun demikian. Cara mengajar di kelas perlu ada inovasi. Menurut saya, pendidikan karakter anak harus dimulai dari lingkup terkecil, yaitu keluarga, kemudian sekolah dan tempat bermain. Apa yang diperoleh anak dalam kegiatan sehari-harinya bisa diperbaiki ketika di rumah. Orang tua dalam hal ini harus mendidik anaknya agar memiliki karakter sendiri. Pendidikan karakter tidak harus masuk dalam kurikulum pendidikan. Ini hanyalah proses dari perbaikan sistem nilai dan akhlak di Indonesia. Jika pendidikan karakter dimasukkan dalam kurikulum, maka hal tersebut akan sangat berkaitan dengan norma-norma yang ada dan lebih mendekati pendidikan agama. Bukankah di semua jenjang pendidikan, pelajaran agama sudah diberikan? Jadi, output dari pendidikan karakter adalah membentuk manusia-manusia berkualitas dan berkarakter yang siap bersaing tanpa terbawa arus yang berlebihan.
Pendidikan seperti apa yang berkarakter? Semua jenis pendidikan pasti memiliki karakter atau kekhasan tersendiri dalam pelaksanaannya. Seperti halnya di Indonesia, Ujian Nasional masih menjadi penentu kelulusan para siswa, padahal bukan nilai ujian yang nanti menentukan berhasil atau tidaknya siswa-siswa tersebut di lapangan. Bagi saya, UN hanyalah lotere keberuntunga, jika Anda beruntung maka akan dapat hadiah, jika tidak, itu akan menjadi resiko Anda sendiri. Masing-masing anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Namun terkadang kemampuan atau bakat mereka itu tidak berguna sama sekali karena mereka terpaksa harus mengikuti sistem pendidikan yang demikian. Saya berpikir, mengapa sekolah di Indonesia tidak ada yang khusus menekankan pada bakat anak. Akan lebih efektif jika sejak dini kita tahu kemampuan negara kita sendiri dengan menggali bakat-bakat yang dimiliki oleh masing-masing anak. Dengan demikian, negara hanya perlu menyalurkan kemampuan-kemampuan rakyatnya ke sektor-sektor yang sesuai dengan kualitas mereka agar tidak tercipta kaum ‘bodoh’ dan kaum ‘pintar’, karena masing-masing anak memiliki bakat yang berbeda-beda. Agaknya kita harus terus mengikuti sistem pendidikan Indonesia yang seperti itu. Jika ingin menciptakan pendidikan yang berkarakter, maka sistem pendidikannya lah yang harus diperbaiki.






B.   Beda Karakter dan Kepribadian (Sifat Dasar)

Kepribadian adalah hadiah dari Tuhan Sang Pencipta saat manusia dilahirkan dan setiap orang yang memiliki kepribadian pasti ada kelemahannya dan kelebihannya di aspek kehidupan sosial dan masing-masing pribadi.
Kepribadian manusia secara umum ada 4,
yaitu : 
-          Koleris 
-          Sanguinis
-           Phlegmatis
-           Melankolis.
Nah, Karakternya dimana? Saat setiap manusia belajar untuk mengatasi dan memperbaiki kelemahannya, serta memunculkan kebiasaan positif yang baru,
inilah yang disebut dengan Karakter. Misalnya, seorang dengan kepribadian Sanguin yang sangat suka bercanda dan terkesan tidak serius, lalu sadar dan belajar sehingga mampu membawa dirinya untuk bersikap serius dalam situasi yang membutuhkan ketenangan dan perhatian fokus, itulah Karakter.

C.   Tiga program pendidikan karakter 

1. Training Guru
Terkait dengan program pendidikan karakter disekolah, bagaimana menjalankan dan melaksanakan pendidikan karakter disekolah, serta bagaimana cara menyusun program dan melaksanakannya, dari gagasan ke tindakan.
Program ini membekali dan memberikan wawasan pada guru tentang psikologi anak, cara mendidik anak dengan memahami mekanisme pikiran anak dan 3 faktor kunci untuk menciptakan anak sukses, serta kiat praktis dalam memahami dan mengatasi anak yang bermasalah dengan perilakunya.



2. Program Kurikulum Pendidikan Karakter
Kami memberikan sistem pengajaran dan materi yang lengkap (untuk 1 tahun ajaran) serta detail dan aplikasi untuk sekolah dan materi untuk orang tua murid. Materi ini telah diuji coba lebih dari 5 tahun, disamping itu dalam program ini ada pendampingan dan training khusus untuk guru.
Training khusus guru ini dikhususkan untuk menciptakan suksesnya pendidikan karakter disekolah, disamping pemberian materi yang “advance” dari program training guru pertama. Karena disini para guru akan mempelajari aspek psikologi manusia (bukan hanya anak, tetapi untuk dirinya sendiri) dan menanamkan nilai-nilai kehidupan yang baik pada dirinya, murid dan keluarga. Guru akan memiliki “tools” untuk membantu menciptakan anak yang berkarakter lebih baik.

3. Program Bimbingan Mental
Program ini terbagi menjadi dua sesi program :
Sesi Workshop Therapy, yang dirancang khusus untuk siswa usia 12 -18 tahun. Workshop ini bertujuan mengubah serta membimbing mental anak usia remaja. Workshop ini bekerja sebagai “mesin perubahan instant”maksudnya setelah mengikuti program ini anak didik akan berubah seketika menjadi anak yang lebih positif.
Sesi Seminar Khusus Orangtua Siswa, membantu orangtua mengenali anaknya dan memperlakukan anak dengan lebih baik, agar anak lebih sukses dalam kehidupannya. Dalam seminar ini orangtua akan mempelajari pengetahuan dasar yang sangat bagus untuk mempelajari berbagai teori psikologi anak dan keluarga. Memahami konsep menangani anak di rumah dan di sekolah, serta lebih mudah mengerti dan memahami jalan pikiran anak, pasangan dan orang lain.






D.    Pendidikan Karakter Bangsa dalam Keterpaduan Pembelajaran 
Pendidikan karakter bangsa dalam keterpaduan pembelajaran dengan semua mata pelajaran sasaran integrasinya adalah materi pelajaran, prosedur penyampaian, serta pemaknaan pengalaman belajar para siswa. Konsekuensi dari pembelajaran terpadu, maka modus belajar para siswa harus bervariasi sesuai dengan karakter masing-masing siswa Variasi belajar itu dapat berupa membaca bahan rujukan, melakukan pengamatan, melakukan percobaan, mewawancarai nara sumber, dan sebagainya dengan cara kelompok maupun individual. 
Pelajaran oleh para guru. Kebiasaan penyampaian pelajaran secara eksklusif dan pendekatan ekspositorik hendaknya dikembangkan kepada pendekatan yang lebih beragam seperti diskoveri dan inkuiri. Kegiatan penyampaian informasi, pemantapan konsep, pengungkapan pengalaman para siswa melalui monolong oleh guru perlu diganti dengan modus penyampaian yang ditandai oleh pelibatan aktif para siswa baik secara intelektual (bermakna) maupun secara emosional (dihayati kemanfaatannya) sehingga lebih responsif terhadap upaya mewujudkan tujuan utuh pendidikan.
Dengan bekal varisai modus pembelajaran tersebut, Maka skenario pembelajaran yang di dalamnya terkait Pendidikan Karakter bangsa seperti contoh berikut ini dapat dilaksanakan lebih bermakna. 




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan 
Berdasarkan landasan teori dan pembahasan yang terurai ditas maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 
1.     Cukup beralasan bila Pendidikan Karakter bangsa dalam pembelajarannya diintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran. Alasan-alasan itu adalah karena meningkatkan akhlak luhur para siswa adalah tanggung jawab semua guru, semua guru harus menjadi teladan yang berwibawa, tujuan utuh pendidikan adalah membentuk sosok siswa secara utuh, pencapaian pendidikan harus mencakupi dampak instruksional dan dampak pengiring. 
2.     Implementasi Pendidikan Karakter bangsa terintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran, pengembangannya lebih memadai pada model kurikulum terpadu dan pembelajaran terpadu dengan menentukan center core pada mata pelajaran yang akan dibelajarkan. 
3.     Proses pengembangan Pendidikan Karakter bangsa sebagai pembelajaran terpadu harus diproses seperti kuriklum lainya yaitu sebagai ide, dokumen, dan proses; kejelian profesional dan penguasaan materi; dukungan pendidikan luar sekolah; arahan spontan dan penguatan segera; penilaian beragam; difusi, inovasi dan sosialisasi adalah komitmen-komitmen yang harus diterima dan disikapi dalam pencanangan pembelajaran terpadu Pendidikan Karakter bangsa. 



KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan atas kehadiran Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas geografi. Selain itu, makalah ini di tulis dengan tujuan untuk memeperjelas materi-materi yang telah di bahas dalam pelajaran geografi satu tahun kemarin. Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang “PENDIDIKAN KARAKTER
Penulis sadar masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapakan saran dan kritik yang membangun agar menjadi lebih baik.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat untuk berbagai pihak, terutama pelajar.


Pandeglang, 26 Januari 2013
Penyusun


i
 

 

DAFTAR PUSTAKA

Rachman, Maman. 2000. Reposisi, Reevaluasi, dan Redefinisi Pendidikan Nilai Bagi Generasi Muda Bangsa. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Tahun Ke-7 
Degeng, S Nyoman,1989,Taksonomi Variabel, Jakarta, Depdikbud. 
Depdiknas, 2003, Undang-undang No. 20 tahun 2003, Sistem Pdndidikan Nasional, www.depdiknas.go.id 
Hasan, S. Hamid. 2000. Pendekatan Multikultural untuk Penyempurnaan Kurikulum, Bandung: Remaja Rosdakarya 
Joni, T. Raka. 1996. Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Dirjen Dikti Bagian Proyek PPGSD. 
Mulyana, 2003, Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya. 
Nurhadi, Burhan Yasin, Agus Genad Senduk, 2004, Pendekatan Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK, Malang,Universitas negeri Malang. 
Trianto, 2009, Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta, Prestasi Pustaka Publisher.
Waridjan. 1991. Tes Hasil Belajar Gaya Objektif. Semarang: IKIP Semarang Press. 



 

 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A.   Latar belakang................................................................................... 1
B.   Rumusan masalah........................................................................... 1
C.   Tujuan................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 2
A.   Pendidikan karakter.......................................................................... 2
B.   Beda Karakter dan Kepribadian (Sifat Dasar).............................. 4
C.   Tiga program pendidikan karakter.................................................. 4
D.   Pendidikan Karakter Bangsa dalam
Keterpaduan Pembelajaran ........................................................... 6
BAB III PENUTUP........................................................................................ 7
A.   Kesimpulan........................................................................................ 7
DAFTAR PUSTAKA


ii
 

 

MAKALAH
TUGAS REPERENSI


Diajaukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
“ Bahasa Indonesia “


http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcR1m9brn6Tr-B5zMi1q_cWeOK-UiBSouAO0KOFt59GArHhXrFl8
 










Disusun oleh :
Nama             : ITAN AGISTAN  
Nim                 : 12102040048



SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN ( STKIP ) BANTEN
SERANG-BANTEN

 
2013